Hei!
Akhirnya
gue sudah resmi jadi timnas Indonesia. Gue bersyukur bisa mewakili untuk
mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Tahun 2017 ini, International Earth Science Olympiad
(IESO) diselenggarakan di Perancis, lebih tepatnya di Provinsi Cote d’Azur.
Sebelum kami berangkat, kami mengikuti pelatnas tahap yang terakhir untuk
memantapkan materi-materi yang sudah dipelajari.
Delegasi
Indonesia untuk IESO ke-11 ini adalah:
1.
Fransiskus Litani Santoso (SMAK Ketapang 1 DKI Jakarta)
2.
Rifki Andika (SMAN 2 Depok)
3.
Alse Nabilah (SMA Kesatuan Bangsa DI Yogyakarta)
4.
Fadly Muhammad Aulia (SMA Al Kautsar Bandar Lampung)
Sebelum
pelatnas, gue mengalami masalah saat pembuatan paspor. Mulai dari adanya
tanggal merah plus lagi bulan puasa yang bikin paspor gue lama keluar, salah pengetikan
nama (nama gue jadi “fransisikus”), harus nunggu revisi paspor, dan akhirnya
gue telat mengumpulkan paspor ke pembina pelatnas. Lalu, pada saat pengajuan
visa gue dimarahin oleh orang dari kemendibud, tapi ini ceritanya agak konyol
sih. Jadi, awalnya kemendikbud janji ketemuan di kedutaan Perancis jam 10 pagi.
Tiba-tiba H-1 malam, diubah secara mendadak jadi jam 8 pagi. Gue sih nggak masalah karena gue tinggal di
Jakarta, tetapi teman-teman yang dari tempat lain kan kasihan. Oke, gue udah
sampai di kedutaan jam 7 pagi bersama Rifki, tetapi belum ada pihak dari
kemendikbud yang datang (bahkan kantornya belum buka). Pada akhirnya, pihak
dari kemendikbud datang jam 9.30 dan saya dimarahin karena tidak telpon dia,
padahal gue nggak tahu dia itu siapa.
Plus tim yang dari Bandung baru datang jam 9.50, mereka terjebak macet di
Bekasi dan akhirnya naik ojek sendiri-sendiri. Eh, akhirnya jadwal yang benar
adalah jam 10 pagi. Gue udah capek-capek nunggu 3 jam lebih dan gue yang
dimarahin. Btw, yang marahin gue namanya Pak Ribut. Ya, seperti namanya lah.
Heheehh...
Berbeda
dengan pelatnas sebelumnya, pelatnas 4 ini diadakan hanya sekitar selama 2
minggu (8 – 19 Agustus). Lokasinya sama dengan pelatnas 3, yaitu di Dago’s Hill
Bandung. Untungnya, kali ini udah nggak ada
kecoak lagi di rice cookernya.
Hari
pertama, kami belajar oseanografi dan gue langsung kena apes lagi. Laptop gue mendadak mati dan nggak bisa dinyalain sama sekali. Charger juga nggak bisa
tersambung. Yah, selama pelatnas ini gue nggak
bisa belajar dengan laptop. Padahal, banyak materi-materi gue ada di laptop
ini. Mungkin Tuhan sedang menguji gue untuk bersabar dan pantang menyerah.
Ternyata gue bisa melewati itu semua dengan bantuan-Nya. *Anehnya, laptop ini
mendadak bisa nyala lagi seminggu setelah pulang IESO ._.
Oseanografi
hanya review materi pelatnas sebelumnya
dan membahas kondisi pantai di sekitar lokasi lomba. Walau pada akhirnya praktek
oseanografi IESO tidak dilaksanakan di pantai, materi dari Pak Warsito
(Oseanografi Undip) tetap berguna karena gue dapat studi kasus untuk ITFI di
pantai Cap d’Ail. Nanti akan gue bahas di postingan gue selanjutnya.
Begitu
juga dengan geologi. Geologi hanya membahas tentang kondisi geologi di daerah
lokasi lomba. Pak Hendra (Geologi UGM) membahas tentang sejarah geologi, geostruktur,
dan geomorfologi di daerah Provinsi Cote d’Azur. Materi ini banyak sekali
keluar di soal praktek geologi saat IESO.
Materi
meteorologi seperti biasa diisi oleh Pak Zadrach (Meteorologi ITB). Kami sekali
lagi berkunjung ke BMKG dan ITB untuk memantapkan materi yang terdahulu. Saat
di kelas pun Pak Zadrach hanya melakukan tanya jawab. Kami bisa sepuasnya
bertanya mengenai materi yang belum kami ketahui atau kami kuasai.
Astronomi
juga banyak sekali mengulang materi. Pada pelatnas ini kami difokuskan untuk
materi praktek. Pada hari pertama, kami berkunjung ke Planetarium Jakarta dan
melakukan simulasi langit malam daerah Cote d’Azur dan mengenal konfigurasi
bintang-bintangnya. Kemudian, kami juga sekali lagi berkunjung ke Observatorium
Bosscha Lembang. Kami banyak belajar kembali mengenai teleskop dan stellarium.
Saat pelatnas 4 inilah gue mulai benar-benar suka dengan astronomi.
Pada
hari Minggu, 20 Agustus 2017, kami berangkat dari Bandung menuju Bandara
Soekarno-Hatta. Setelah pelatnas, kami langsung berangkat ke Perancis. Saran
gue buat yang ikut pelatnas 4 adalah jangan belajar banyak materi baru dan
jangan sampe “tepar” karena kalian akan langsung berangkat menuju lokasi lomba.
Kalian harus jaga kesehatan kalian baik-baik, jangan terlalu capek, dan jangan
berpikir yang aneh-aneh. Menurut gue, kalian akan percuma kalau belajar secara
mendalam di pelatnas 4 karena sebenarnya materi yang diberikan saat pelatnas 1
sampai 3 sudah cukup, bahkan lebih dari cukup. Bisa jadi, ketika kalian belajar
mati-matian di pelatnas 4, kalian akan jenuh dan menjadi tidak bersemangat pada
waktu pelaksanaan lomba. Jujur, gue selalu tidur nggak
lebih dari jam 10 malam (kecuali saat astronomi) dan gue selalu jadi yang
paling pertama meninggalkan kelas untuk ke kamar (tidur ^_^). Hal yang paling
penting pada pelatnas terakhir ini adalah mengumpulkan motivasi dan semangat.
Oke,
semangat buat kalian yang sedang berjuang untuk mengharumkan nama Indonesia!
Jangan bosan-bosan dengan kebumian ya! Kebumian itu seru! Tunggu postingan gue
selanjutnya yah. Nanti gue akan membahas banyak mengenai IESO (International Earth Science Olympiad).
Perjuangan
meraih asa.
Cowo kece ga hoki :bbbb
BalasHapusTebak i siapa WKWK
BalasHapusSiapa aja boleh ~
Hapus