Pupus - Sebuah Puisi

Pupus

Waktu terus bergulir, detik demi detik
Jantung terus berdegup, detak demi detak
Ketika gerimis terus merintik,
kenangan itu menyeruak
Ketika air mata ini menitik,
dinding antara rindu dan ragu meretak
Tapi . . .
Akhir dari semua ini hanyalah titik
Tempat semua harapan pupus tergeletak
(.)

Serpong, 5 Januari 2017
- Fransiskus Litani Santoso

Teruntuk: Kamu! Ah, seandainya kamu membaca.


Puisi ini diterbitkan dalam buku antalogi puisi yang berjudul "Nyala Puisi" terbitan Bebuku Publisher, CV Kekata Grup (ISBN: 978-602-6736-34-5).


Komentar

Posting Komentar