Pengalaman Internship di Bremerhaven, Jerman Utara

Trip to Nord Germany

Alfred-Wegener-Institute, Helmholtz-Centre for Marine and Polar Research

Moin moin!

Udah setahun lebih nih aku ga nulis blog. Tak terasa aku sudah memasuki tahun terakhir sebagai mahasiswa bachelor di Jena. Di jurusanku (geosciences), semua wajib mengambil internship alias magang minimal selama 6 minggu. Kali ini aku mau sharing nih, proses dari awal hingga akhir aku internship.

Aku internship selama 6 minggu full time di Alfred-Wegener-Institute (AWI), Helmholtz-Centre for Marine and Polar Research di Bremerhaven (Bremen), Jerman Utara. Jadi, aku magang di bagian tim geofisika dan tugas utamaku tuh menganalisis data Ocean-Bottom-Seismometer (OBS) yang berada di Svalbard, Norwegia. Nama proyeknya SEAMSTRESS – Tectonic effects on Arctic methane seepage. Sebelum aku bahas lebih dalam, gimana sih aku bisa dapat tempat magang di AWI?

Jujur awalnya aku sangat idealis dan ingin magang di bidang geothermal energy. Aku mendaftar sejak bulan Agustus 2021 di 9 tempat yang berhubungan dengan panas bumi. Dari 9 tempat tersebut, hanya 2 yang menjawab emailku dan semuanya berujung penolakan. Sisanya „ngacangin“ dan „ngegantungin“ aku. Setelah 3 bulan lebih tanpa kepastian yang jelas, aku jadi cukup khawatir. Banyak teman-temanku juga yang belum mendapatkan tempat magang karena situasi pandemi yang tidak menentu.

Selama pandemi aku menghabiskan banyak waktu di negara bagian tempat aku studi, Thuringia. Aku jarang sekali keluar negara bagian. Oleh karena itu, aku ingin sekali magang di luar negara bagian Thuringia. Aku sudah mendaftar di negara bagian Hesse, Bavaria, Lower Saxony, Baden-Württemberg, dan NRW. Tapi, semuanya tak ada yang tembus.

Hingga akhirnya pada bulan November 2021, aku mencoba mendaftar di AWI untuk bidang geofisika. Awalnya aku cukup pesimis karena AWI merupakan salah satu lembaga penelitian Jerman yang cukup prestige. Institusi ini banyak melakukan penelitian di Arktis dan Antartika. Pengalamanku juga bisa dibilang belum cukup banyak. Aku mendaftar dengan nothing to lose, kalau diterima ya syukur, kalau dikacangin ya syukur, kalau ditolak ya syukur.

Hanya berselang 2 hari kemudian, aku mendapatkan email dari AWI dan mereka langsung menawarkan tempat magang. Aku sangat bersyukur dan menyetujui tasks yang mereka jabarkan. Kebetulan di semester sebelumnya aku sudah mengambil mata kuliah seismologi yang berhubungan dengan tugas-tugasku saat magang kelak.

Belum berakhir di sana, angka corona tiba-tiba meningkat tajam akibat gelombang omicron. Banyak pekerja yang kembali ke home-office lagi. Namun supervisorku menjamin bahwa aku bisa magang di Bremerhaven tanpa perlu home-office. Tantangan lain muncul, yaitu mencari tempat tinggal di Bremerhaven. Aku mencari kamar di banyak tempat dan semuanya penuh. Harga Airbnb juga di atas 550€ per bulannya. Kemudian aku bertanya ke supervisorku dan dia memberi kabar bahwa aku akan dibayar selama magang dan tersisa 1 kamar terakhir di sebuah Hostel. Saat dengar kata “Hostel” aku kira harganya lebih mahal dari Airbnb, ternyata Hostel tersebut ada kerjasama dengan kantorku dan aku mendapatkan kamar yang cukup murah dengan kamar mandi pribadi. Letaknya pun cukup dekat dengan Pantai Utara (Nordsee) Jerman. Itu merupakan sebuah mukjizat karena kamar tersebut kosong di saat yang bersamaan dengan hari pertama aku magang.

Singkat cerita pada tanggal 27 Februari 2022 aku berangkat menuju Bremerhaven. Sebelum itu aku menyempatkan untuk jalan-jalan di Göttingen karena keretaku delay selama 2 jam di sana. Sore harinya aku keliling di Hamburg. Banyak sekali spot menarik di Hamburg. Kalau kalian ke Hamburg, kalian wajib ke Speicherstadt, Elbphilharmonie, dan Fischmarkt!

Elbphilharmonie, Hamburg

Speicherstadt, Hamburg

Finally sampe Bremerhaven! Setiap hari aku jalan menuju kantorku menyusuri pesisir Sungai Weser am Nordsee. Cakep banget deh, terutama saat sunset! Tugasku selama minggu pertama aku magang adalah programming dengan Python dan GMT. Aku membuat peta dan menganalisis data seismometer bawah laut. Cukup sulit karena di universitas aku hanya belajar teorinya, tanpa begitu paham bagaimana proses di baliknya. Aku satu ruangan dengan mahasiswa doktoral asal China dan Norwegia. Mereka sangat ramah dan banyak berdiskusi denganku. Tentunya pakai bahasa Inggris karena mereka tak bisa berbahasa Jerman. Meanwhile aku berbicara dalam Bahasa Jerman dengan supervisorku. Sekalian deh, aku jadi bisa berlatih dua bahasa sekaligus.

My perspective on the way to and from AWI (Weser River)

Weekend pertamaku kuhabiskan untuk mengenal kota Bremerhaven. Aku pergi ke Klimahaus, alias „Rumah Iklim“ kalau diterjemahkan. Museumnya sangat menarik untuk yang suka dengan geosains. Di setiap ruangan dilengkapi dengan simulasi iklim, jadinya suhu dan kelembabannya disesuaikan dengan negara aslinya. Bahkan pas masuk ke ruangan iklim tropis aromanya kayak kolam ikan lele di Indonesia wkwkk.

Esthetic spot in Klimahaus, Bremerhaven

Climate perspective in arts in Klimahaus, Bremerhaven

Saat weekend kedua aku naik kapal menyebrang ke peninsula Butjadingen. Aku jalan kaki selama 4 jam lebih untuk menuju Taman Nasional Wattenmeer. Cukup menarik karena bentuk pantainya berbeda jauh dengan pantai-pantai pada umumnya. Jika beruntung, kalian bisa melihat anjing laut di habitat aslinya. Sayangnya waktu aku datang ke sana, laut sedang surut dan tidak ada anjing laut yang terlihat. Totalnya aku berjalan kaki lebih dari 22 km di hari itu. Capek banget tapi worth it banget!

Butjadingen, Nationalpark Niedersächsisches Wattenmeer

Weekend ketiga aku pergi ke kota Bremen. Kota tuanya bagus banget deh! Fischbrötchennya juga mantapp. Spot wajib kalau ke Bremen tuh tugu Die Bremer Stadtmusikanten (Town Musician of Bremen) yang terkenal di dongeng anak-anak karya Brothers Grimm. Di Bremen cukup banyak turis. Vibesnya juga mirip dengan Hamburg kalau menurutku pribadi.

Die Bremer Stadtmusikanten, Bremen

Nice architecture in Bremen 

Weekend keempat kuhabiskan di kota Cuxhaven. Kebetulan cuacanya sangat berkabut dan berangin. Jadinya aku tidak sempat ke pantai pasirnya. Aku hanya menghabiskan waktu di viewing platform Alte Liebe dan memandang Laut Utara „Nordsee“. Mungkin untuk beberapa orang terlihat membosankan, tapi duduk memandang laut tanpa berpikir apa-apa juga cukup menarik dan refreshing. Just looking at the horizon, hearing the sound of waves breaking and seagulls chirping, and enjoying the sea breeze.

Weekend kelima cuacanya juga tidak terlalu bagus, jadinya aku hanya keliling di Bremerhaven. Aku pergi ke kebun binatang Zoo am Meer. Di situ kalian bisa lihat binatang iklim dingin, seperti beruang kutub, pinguin, rubah kutub, anjing laut, dan masih banyak lagi. Setelah itu aku pergi ke museum kapal selam. Baru pertama kali aku masuk ke kapal selam asli bekas perang dunia kedua. Kemudian aku pergi ke museum sejarah Kota Bremerhaven dan kebetulan pada hari itu museumnya sedang gratis untuk publik. Terakhir aku pergi ke pelabuhan ikan Fischereihafen, tentunya aku makan ikan dan rasanya enak banget!

Bisa dibilang Bremerhaven kota yang cukup unik. Sifat orang-orangnya juga cukup berbeda dengan orang-orang Jerman di kota lain. Orang Bremerhaven jalannya jauh lebih pelan dan sangat ramah. Di jalan mereka banyak senyum dan saat di toko-toko mayoritas menggunakan „Du“ dan bukan „Sie“.

Fischereihafen, Bremerhaven

Leuchtturm Unterfeuer, Willy-Brandt-Platz, Bremerhaven

Weekend terakhir aku pergi ke kota Groningen, Belanda. Saat menuju Belanda, aku menyempatkan diri untuk mampir di kota Leer (Ostfriesland). Kota kecil yang cukup menarik. Banyak orang di sini yang berbicara menggunakan dialek Plattdeutsch. Yang lucu, saat melewati perbatasan Jerman-Belanda, penumpang di kereta langsung lepas masker, karena di Belanda tidak lagi wajib menggunakan masker. Seakan-akan coronanya hilang tiba-tiba saat lewat perbatasan wkwkk. Di Belanda juga 95% tidak ada yang memakai masker lagi. Di Belanda aku bertemu dengan salah satu teman gereja di Indonesia. Ternyata banyak banget makanan Indonesia di Belanda dan ada toko khusus bumbu-bumbu Indonesia yang di Jerman tidak bisa didapatkan. Terkadang kita baru tahu betapa berharganya suatu hal saat kita jauh atau kehilangan hal tersebut, bahkan sesimpel sebuah makanan. Setelah dari Belanda aku kembali ke Bremerhaven. Hari berikutnya aku pulang menuju Jena.

Stadt Leer in Ostfriesland, Niedersachsen

Groningen (Netherlands) from above with Martinitor on the left

Pengalaman yang sangat berharga dan menyenangkan buatku. Seandainya aku mendapatkan tempat magang di tempat yang aku idamkan, mungkin aku tidak akan mendapatkan kesempatan untuk touring dan liburan ke banyak kota. Terkadang hal yang tidak kita harapkan justru menjadi hal yang paling indah. Tuhan juga selalu membimbing dan memberikan pengalaman berharga di setiap proses yang kita lalui, baik itu kegagalan ataupun keberhasilan. Kegagalan sebenarnya adalah sebuah kesuksesan, tetapi terkadang kita salah menilai dan melihat dari sudut pandang yang salah. Kita gagal karena Tuhan tahu kalau kita belum siap, kita gagal karena Tuhan ingin kita belajar hal baru, kita gagal karena Tuhan tahu kalau ternyata hal tersebut tidak cocok dengan kita, dan kita gagal karena Tuhan sedang mempersiapkan jalan lain yang jauh lebih indah. So, aku bisa belajar untuk menikmati semua proses yang sedang atau akan aku lewati.

Okeii sekian dulu. Btw, aku lagi mulai nulis skripsi dalam bahasa Jerman nih, doain guys! Kalau kalian ada pertanyaan tentang internship, motivation letter, CV, atau apapun bisa komen di bawah atau kirim email ya!


"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada Tuhan, sebab Dia yang memelihara kamu.– 1 Petrus 5:7


Perjuangan meraih asa.

Komentar

  1. Haloo kak, terimakasih banyak untuk semua postingan2 kakak di blog ini yaa, benar2 membantu & memotivasi saya untuk melanjutkan studi saya, sekali lagi terimakasih banyak.. sukses, sehat dan bahagia selalu yaa kak :))

    BalasHapus

Posting Komentar