Pengalaman Kuliah Geosains di Universitas Jena, Thuringia
Friedrich-Schiller-Statue (German poet and philosopher) di Rudolstadt - Ekskursi Geologi Eksogen (Juni 2020) |
Hallo semuanya!
Banyak sekali orang yang bertanya kepadaku mengapa aku memilih untuk kuliah
jurusan Geosains yang bisa dibilang jurusan yang anti-mainstream. Pertanyaan yang
tidak kalah sering kudapat ialah mengapa aku berkuliah di kota Jena yang buat
telinga orang Indonesia terdengar cukup asing. Nah kali ini aku mau sharing ke
kalian tentang ini semua.
Sejak kecil aku suka sekali dengan Ilmu Pengetahuan Alam dan ingin kuliah
yang berhubungan dengan IPA, tapi saat itu aku belum tahu apa jurusan apa yang
harus kupilih. Untuk mengeksplore rasa sukaku terhadap sains, aku mengikuti
berbagai macam lomba sejak SD. Jujur saja hingga aku kelas 10 SMA aku tidak
pernah memenangi lomba apa pun. Namun aku tetap semangat karena aku enjoy dan
suka belajar hal-hal baru.
Saat kelas 7 SMP, hasil ulangan Fisika pertamaku adalah 40. Yaps, sangat
jelek. Dengan lugunya aku mengajukan diri untuk ikut seleksi olimpiade Fisika
di sekolahku. Kalian ga salah baca kok: Aku mengajukan diri dan bukan dipilih. Totalnya
ada 4 orang yang mengikuti seleksi tingkat sekolah, tetapi setiap sekolah hanya
diperbolehkan untuk mengirim maksimal 3 peserta. Hasilnya sudah bisa
diperkirakan ya: Aku tidak lolos. Waktu itu aku sedih dan minder karena
bersaing di tingkat sekolah saja aku tidak bisa. Aku jadi satu-satunya loser di
seleksi tersebut.
Setelah kejadian tersebut, lucunya aku malah jatuh cinta dengan Fisika dan semakin
yakin ingin kuliah di jurusan yang berbau sains dan teknik. Aku belajar dengan
giat dan akhirnya saat aku kelas 8 SMP bisa mewakili sekolahku untuk berlomba
di tingkat provinsi. Totalnya ada 40 peserta yang mengikuti seleksi provinsi
untuk mewakili DKI Jakarta di tingkat nasional. Saat pengumuman aku mendapatkan
peringkat 11, tetapi hanya 10 orang yang maju ke tingkat nasional. Yaps, nyaris
dan nyesek wkwkk. Entah mengapa aku justru semakin penasaran dengan Fisika.
Singkat cerita aku lulus SMP. Saat kelas 10 SMA guruku menawarkanku untuk mengikuti olimpiade Fisika tingkat kabupaten. Di detik-detik akhir deadline pendaftaran olimpiade, ada temanku yang menawarkanku untuk ikut olimpiade Kebumian karena masih ada slot kosong. “Kebumian, apaan tuh?“, itu yang ada di benakku saat pertama mendengar kata itu. Namanya ga fancy ya wkwkk. Karena rasa penasaran aku belajar dan mencari tahu banyak hal tentang Kebumian. Setelah beberapa saat, aku memutuskan untuk mengikuti olimpiade Kebumian. Puji Tuhan aku bisa lolos hingga ke tingkat provinsi, walaupun pada akhirnya harus menelan kekalahan lagi.
Desember 2015. Itulah saat aku
mantap memutuskan untuk kuliah jurusan Geosains. Saat itu aku masih duduk di
kelas 10 SMA. Menurutku ini jurusan yang tidak membosankan dan banyak sekali
pilihan yang bisa diambil. Jadi Kebumian ini terdiri dari banyak cabang ilmu
yang mencakup Geologi, Geofisika, Meteorologi, Klimatologi, Oseanografi, dan
Astronomi Dasar. Jurusan yang mengkombinasikan seluruh Ilmu Pengetahuan Alam:
Fisika, Kimia, Biologi, Matematika. Saat pelatihan olimpiade, semua bidang mayoritas duduk di kelas dan
hanya mendengarkan guru mengajar. Meanwhile anak-anak Kebumian jalan-jalan
pergi ke sungai, gunung, lembah, bukit, pantai, outdoor deh pokoknya. Selain itu anak Kebumian juga banyak
praktek di laboratorium. Seru deh pokoknya. Semua rasa penasaranku saat kecil
seakan terjawab: Mengapa langit biru? Mengapa ada gempa dan gunung meletus?
Bagaimana awan dan hujan bisa
terbentuk? Bagaimana kita bisa mendapatkan air minum? Apa itu “Quarz” yang ada
di hampir semua jam tangan? Dan masih banyak lagi pertanyaan menarik yang
terjawab.
Perjalanan yang cukup panjang hingga tahun 2016
aku bisa mendapatkan medali perak di tingkat nasional dan tahun 2017 medali
perak tingkat internasional di Prancis. Semua berawal dari rasa
penasaran, pantang menyerah, dan sedikit kenekatan. Kenapa nekat? Karena aku cukup
sering bolos, sering kabur saat ada bimbel atau pelajaran tambahan, dan korbanin
nilai pelajaran yang menurutku kurang penting.
Beriringan dengan saat-saat
mengikuti lomba, aku browsing tentang kuliah jurusan Geosains di Jerman. Sebenarnya
banyak sekali kampus dalam negri yang bagus, tapi aku tidak mau mengikuti ospek
aneh-aneh dan mata kuliah di universitas dalam negri mayoritas wajib.
Jujur aku kurang suka dengan sistem senioritas dan kekakuan dalam belajar. Oleh
karena itu aku memutuskan untuk kuliah di luar negri. Negara yang paling masuk akal
secara biaya ya Jerman karena di Jerman kita bisa kuliah sambil bekerja dan
tidak ada tuition fee.
Singkat cerita, saat kelas 11 SMA aku optimis
untuk kuliah di jurusan Geosains Friedrich Schiller University of Jena. Jujur
saja aku memendam mimpiku ini untuk diriku sendiri. Semua orang tahunya aku
mengikuti proses SNMPTN, tetapi di detik-detik akhir pendaftaran aku memutuskan
untuk tidak apply kampus dalam negri.
Analisis Sedimentologi di Seebergen - Ekskursi Geologi Eksogen (Juni 2020) |
Kenapa sih Jena? Jena terletak di
tengah-tengah Jerman, jadinya kalau mau keliling Jerman lebih enak deh. Banyak
sekali spot Geologi yang menarik di sekitar kota Jena. Batuan di Jena mayoritas berumur
Permian-Triassic (290-210 juta tahun) dan banyak spot untuk mencari fosil. Aku
pernah menemukan fosil gigi Nothosaurus, penguasa lautan di waktu dan daerah
tersebut. Selain itu kotanya juga tidak terlalu besar dan cocok buatku yang
tidak terlalu suka keriuhan dan kepadatan kota. Kotanya juga sangat hijau dan
udaranya segar. Banyak yang berpikir Jena terletak di Jerman Timur sehingga
banyak orang rasis, tapi jujur saja selama 3 tahun berkuliah di sana aku tidak
pernah mendapatkan perlakuan rasis sama sekali. Fun fact: sekitar 20% penduduk
Jena adalah mahasiswa. Hal yang ga kalah menarik: setiap semester mahasiswa di
Jena akan mendapatkan 60€ dari pemerintah kota. Alasannya sih katanya supaya
total penduduk Jena tetap di atas 100 ribu wkwkk.
Herringbone cross-stratifaction di Kraftsdorf - Ekskursi Geologi Eksogen (Juni 2020) |
Jadi di jurusan Geosains di Universitas Jena
sekitar 40% mata kuliah adalah pilihan. Kita bebas memilih mata kuliah
apa yang ingin kita ambil, bahkan bisa dari jurusan dan fakultas lain. Ada 3
pendalaman yang bisa kita pilih: Geologi, Geofisika, dan Mineralogi. Awalnya
aku ingin mengambil pendalaman Geologi, tetapi saat semester 2 aku memilih untuk
mengambil pendalaman Geofisika. Seru sih bisa mengkombinasikan Geologi dan
Fisika wkwkk. Jurusan Geosains
bisa dibilang jurusan sepi peminat, total hanya ada 25 mahasiswa di angkatanku.
Saat pandemi corona, jurusanku jadi satu-satunya jurusan yang masih
menyelenggarakan kelas praktek on-site. Bisa dibilang aku belum pernah
merasakan kuliah 100% online hahaa. Karena jumlah mahasiswa yang sedikit ini
dosen dan mahasiswa jadi dekat dan saling mengenal. Untuk pendalaman Geofisika
bahkan hanya ada 3 mahasiswa. Udah kayak kelas privat aja deh.
Analisis Sungai Purba di Rabenschüssel Jena - Praktek Lapangan Surface Processes (Juni 2020) |
"Little Grand Canyon" di Rabenschüssel Jena - Praktek Lapangan Surface Processes (Juni 2020) |
Mungkin ini cuman relate ke kalian yang ingin atau sedang kuliah jurusan Geosains. Jadi ini list daftar mata kuliah yang aku ambil selama 3 tahun kuliah:
- Semester 1:
- Introduction to Geosciences (9 ECTS)
- Introduction to Geological Maps (6 ECTS)
- Experimental Physics I: Mechanics and Thermodynamics (8 ECTS)
- Mathematics for Material Scientists and Geoscientists I (7 ECTS)
- Semester 2:
- Surface Processes (6 ECTS)
- Applied Geology (6 ECTS)
- General Mineralogy and Crystallography (6 ECTS)
- Experimental Physics II: Electricity, Magnetism, and Optics (8 ECTS)
- Physics Lab for Material Scientists and Geoscientists (4 ECTS)
- Mathematics for Material Scientists and Geoscientists II (7 ECTS)
- Semester 3:
- Hydrogeology part 1 (3 ECTS)
- Rock-Forming Minerals part 1 (3 ECTS)
- Geophysics II: Geo-Electrics and Magnetics (6 ECTS)
- Data Processing and Programming in Geosciences (6 ECTS)
- Physical Chemistry (6 ECTS)
- Mathematics for Material Scientists and Geoscientists III (7 ECTS)
- Semester 4:
- Hydrogeology part 2 (3 ECTS)
- Rock-Forming Minerals part 2 (3 ECTS)
- Geophysics I: Seismics and Gravimetry (6 ECTS)
- Structural Geology (6 ECTS)
- Exploration Geophysics (6 ECTS)
- Mathematical Methods of Physics I (4 ECTS)
- Good Scientific Practice and Scientific Conduct (3 ECTS)
- Semester 5:
- Borehole Geology and Groundwater Exploration (6 ECTS)
- Tectonics and Seismology (6 ECTS)
- Geological Remote Sensing and GIS (6 ECTS)
- Geothermics (6 ECTS)
- Semester 6:
- Mathematical Methods of Physics II (4 ECTS)
- Technical Thermodynamics and Physics of Renewable Energies (4 ECTS)
- Internship (8 ECTS)
- Geoscientific Project Module (10 ECTS)
- Bachelor's Thesis (12 ECTS)
Fosil Gigi Nothosaurus sp. - Ekskursi Geologi Struktur (Juni 2021) |
Jadi itu sedikit ceritaku tentang alasan mengapa aku memutuskan untuk kuliah jurusan Geosains di Universitas Jena. Aku sangat enjoy selama masa perkuliahan dan tidak pernah menyesal mengambil jurusan ini. Puji Tuhan aku sudah menyelesaikan skripsiku dan akan melanjutkan studi S2 Master Applied Geosciences di Technical University Darmstadt. Berikutnya aku akan meceritakan proses penyusunan skripsiku deh. Okay sampai di sini dulu. Buat kalian yang ingin bertanya bisa isi di kolom komentar atau kirim pesan di email / instagram yaa.
Excavation Site Steinrinne di Bilzingsleben - Ekskursi Geologi Kuarter (Juni 2021) |
Formasi Lower Muschelkalk, Middle Triassic - Hiking di Dornburg(Saale)-Porstendorf (Maret 2021) |
Schnitzel sehabis hiking di Oberpfalz, Bavaria (Agustus 2020) |
„ … but as for you, be strong and don’t give up, for your work will be rewarded. “ – 2 Chronicles 15:7
Perjuangan meraih asa.
Komentar
Posting Komentar